Nama : N'richa Maulina Shombing
NPM : 5B417836
Kelas : 1IA05
NPM : 5B417836
Kelas : 1IA05
PENDAHULUAN
Pola hidup setiap orang berbeda – beda dapat dilihat dari pola makan, tingkat ekonomi, letak geografis, budaya, keluarga, dan sosial.
Banyak orang yang sudah melupakan bagaimana caranya mempertahankan pola hidup baik, seperti budaya hidup yang konsumtif dan sangat berpengaruh terhadap pola hidup warga dusun Wirogomo Lor. Pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor rata-rata mengkonsumsi makanan yang masih segar tanpa bahan pengawet. Tetapi, peneliti melihat sebagian besar warga di dusun Wirogomo Lor mengkonsumsi makanan yang tidak bermerk dan terlalu bayak mengandung MSG (Monosodium Glutamat) serta makanan yang mengandung zat – zat berbahaya bagi tubuh.Selain itu, berperilaku boros dalam mengelola keuangan dan kebiasaan berbelanja berlebihan.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan keberadaan seseorang untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat dimana seseorang itu tinggal. Selain itu kondisi sosial ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap kedudukan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mampu pula ia beradaptasi dan berinteraksi, dan juga semakin tinggi kedudukannya dalam masyarakat dan begitu pula sebaliknya. SMA Marsudirini Bekasi salah satu penelitian yang dimaksud di atas adalah penelitian yang dilakukan di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa anggota masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah mengakibatkan tidak mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari berpengaruh terhadap kondisi sosialnya, yang ditandai dengan sikap rendah diri, menjauhkan diri dari lingkungan, dan bahkan bersikap apatis (Cahyani, 1994 : 64).
“Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat.” (Suryandari, 2008).
Dilihat dari sisi tingkat ekonomi di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa tengah sebagian besar warganya hanya mampu mengkonsumsi makanan seperti sayur - sayuran, ikan dan lain - lain, tetapi ada juga warga yang mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi seperti singkong, jagung dan umbi – umbian yang lain, karena sebagian warga di dusun Wirogomo Lor kurang mampu perekonomiannya. Rata-rata warga Dusun Wirogomo Lor hidup kurang mampu dibanding orang kota. Pola hidup yang baik dan benar justru dimenangkan oleh warga pedesaan. Karena mereka masih mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung zata – zat yang berbahaya bagi kesehatan, tidak seperti warga kota yang cenderung mengkonsumsi makanan – makanan yang serba instan.
“Kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri” (Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta)
“Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia” (UU no 5/1979)
Berdasarkan potensi fisik dan nonfisik, desa dibagi menjadi 3:
- Desa Swadaya: Desa yang belum dapat memanfaatkan potensi yang ada (terutama sumber daya alam) karena kekurangan tenaga kerja dan dana. Desa ini terletak di daerah yang masih terpencil. Penduduknya rata-rata tidak berpendidikan atau berpendidikan sampai SD, dan kebanyakan masih terikat dengan tradisi, selain itu mereka juga masih miskin. Mata pencaharian penduduk kebanyakan masih bercocok tanam. Fasilitas sarana dan prasarana sangat kurang, dan transportasi dari dan ke desa masih belum memadai.
- Desa Swakarsa: Desa yang baru mulai memanfaatkan potensi yang ada tetapi kekurangan dana. Desa ini terletak di daerah-daerah peralihan antara daerah kota dan daerah terpencil. Masyarakat desa ini sudah banyak mengenyam pendidikan meskipun jarang yang sampai tingkat universitas (kebanyakan lulusan SD-SMA), ikatan tradisi sudah mulai menghilang dan keadaan ekonomi sudah mulai meningkat. Mata pencaharian penduduk sudah mulai bervariasi, tidak hanya di bidang pertanian. Fasilitas sarana dan prasarana sudah mulai ada, dan dibuat secara bergotong royong, mengingat dana masih terbatas. Transportasi dari dan ke desa sudah mulai ada, seperti pembuatan jalan.
- Desa Swasembada: Desa yang sudah memanfaatkan semua potensi yang ada secara optimal. Selain memiliki potensi yang memadai, dana dan tenaga sudah tersedia. Desa ini biasanya terletak di daerah perkotaan. Kehidupannya sudah mulai modern karena mendapat pengaruh dari kota. Masyarakat di desa ini hampir semua sudah mengenyam pendidikan, bahkan cukup banyak yang sampai ke tingkat universitas. Ikatan tradisi sudah menghilang dan keadaan ekonomi cukup tinggi. Mata pencaharian penduduk sudah sangat bervariasi, mulai dari bidang pertanian sampai dengan jasa. Fasilitas sarana dan prasarana yang dibangun sudah cukup baik. Transportasi dari dan ke desa sudah lancar.
Pola hidup yang baik tentu saja akan berakibat baik bagi kesehatan tubuh. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, pola hidup merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. (Soekanto, 1990 : 181).
Hal ini merupakan konsekuensi logis, dimana sosial ekonomi merupakan salah satu nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai, maka semakin tinggi kondisi sosial ekonomi, maka kedudukan dan statusnya dalam masyarakat akan semakin tinggi pula. Dapat kita dilihat dalam kehidupan masyarakat, dimana seseorang yang mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya mempunyai kedudukan dalam masyarakat tersebut. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat kita ketahui dengan melihat tiga factor, yakni : pekerjaan, tingkat pendidikan dan penghasilan. Dalam hal ini dapat digunakan kategori mengenai kedudukan sosial ekonomi adalah tinggi, sedang , dan rendah.
Hal ini disebabkan oleh tidak mampunya seseorang tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga seseorang itu, mau tidak mau harus meminta bantuan pada orang lain. Proses inilah yang menyebabkan status sosialnya rendah dikarenakan masyarakat menganggapnya tidak mampu. Sementara itu dinyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat juga menentukan tingkat pendapatan dan keberhasilan seseorang dalam masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh terhadap keberhasilan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin terampil dan berhasil dalam pekerjaan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan (Malo, 1980 : 55).
Keheterogenan masyarakat Dusun Wirogomo Lor ini, terutama dapat dilihat dari status sosial ekonominya, dimana tingkat sosial ekonomi masyarakatnya beraneka ragam. Sebagian masyarakatnya sudah tergolong pada tingkat sosial ekonomi yang mapan, dan sebagian lagi masih pas-pasan. Jadi terlihat adanya ketidakmerataan tingkat sosial ekonominya. Hal inilah sebenarnya, yang merupakan fenomena yang menjadi bahan perhatian penulis, apa sebenarnya yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Perhiasan sehingga terjadi ketidakmerataan pada tingkat sosial ekonomi mereka. kemudian ditambah lagi keinginan penulis untuk mengkonfirmasikan, Universitas Sumatera Utarasekaligus memberikan masukan mengenai upaya-upaya yang mungkin dapat dilaksanakan dalam pemecahan masalah ketidakmerataan tersebut.
Walaupun penelitian tentang sosial ekonomi sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun hal ini mungkin akan memberikan perbedaan dengan hasil peneliti-peneliti yang lain, disebabkan lokasinya yang terletak di pedalaman dengan perbedaan sosial ekonomi masyarakatnya yang sangat tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji pada makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pola hidup?
2. Bagaimana tingkat ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor?
3. Bagaimana pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor?
4. Apa pengaruh tingkat ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor?
5. Bagaimana cara meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang ada?
Berdasakan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian pola hidup
2. Menjelaskan tingkat ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor
3. Menjelaskan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor
4. Menjelaskan pengaruh tingkat ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor
5. Menjelaskan cara meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang ada
LANDASAN TEORI
Paul Anthony Samuelson, seorang professor ekonomi dari Massachusetts Institute of tehnology (MIT), mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari para ahli lain. Keenam definisi itu masing-masing adalah :
1. Ilmu Ekonomi, atau ekonomi politik (political economy) adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia.
2. Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang yang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produk (tanah), tenaga kerja, barang-barang modal, misalnya mesin dan pengetahuan tehnik yang langka dan jumlahnya terbatas, untuk menghasilkan berbagai barang (misalnya gandum, daging, mantel, prahu layar, jalan raya, pesawat dll) serta mendistribusikannya kepada anggota masyarakat untuk mereka konsumsi.
3. Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari untuk mendapat dan menikmati kehidupan.
4. Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia bertindak untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya.
5. Ilmu ekonomi suatu studi tentang kekayaan.
6. Ilmu ekonomi suatu studi tentang cara-cara memperbaiki masyarakat.
Umumnya secara definitive, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran karena inti permasalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara keinginan (wants) manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (scarcity).
Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari bahasa inggris”Consumtion”.
“Konsumsi adalah pembelanjaan atas barangbarang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa.Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.”
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(Dumairy, 1996)
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : i. Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung.Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata.Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata.Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula : APS = Yd.S (Sadono Sukirno, 2003: 94-101).
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat Ekonomi Warga Dusun Wirogomo Lor
Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak besar. Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian di bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang mereka punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa. Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di celengan. Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan.
Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan mati. Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka belum mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang sudah menabung di koperasi, namun belum semua melakukannya.
Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli modal untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka juga kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap sebagai barang mewah).
Di kota, tingkat ekonomi bervariasi. Ada yang miskin sekali dan ada yang sangat kaya raya. Kebanyakan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah akibat urbanisasi. Walaupun begitu, masyarakat kota memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di bidang ekonomi. Sebab dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka dapat lebih mengembangkan dirinya. Bahkan sekarang dengan teknologi internet, mereka bisa membuka usaha sendiri, bahkan meraup keuntungan sampai berjuta-juta rupiah setiap bulannya.
Aspek Ekonomi Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap responden di daerah penelitian, secara umum tingkat keberdayaan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang,Jawa Tengah masih tergolong rendah, baik untuk aspek ekonomi maupun aspek non ekonomi. Tingkat penghasilan anggota kelompok tani sebagian besar kurang lebihRp.1.500.000,- per bulan. Anggota kelompok tani sehari-hari bekerja sebagai petani, buruh tani dan peternak serta buruh pabrik. Sedangkan untuk luas lahan garapan petani relatif banyak dimana sebagian besar luasannya berkisar hanya 1 hektar. Aspek ekonomi yang meliputi akses usaha (kredit), akses pasar (informasi permintaan dan penawaran produk), dan akses teknologi (penyuluhan dan pemanfaatan teknologi tepat guna), sebagian besar responden kelompok tani (lebih dari 50%) mengaku tidak/belum pernah memperoleh kredit, mendapatkan informasi pasar, dan menerima penyuluhan/ pemanfaatan teknologi tepat guna. Tingkat keberdayaan anggota kelompok tani dalam memperoleh akses usaha berupa kredit masih relatif rendah, terbukti hanya 5 orang atau sebesar 19 persen yang pernah memperoleh bantuan kredit, seperti tersaji pada gambar 1a . Tingkat keberdayaan yang rendah dari responden antara lain disebabkan oleh: (1) anggota kelompok masih mengandalkan bantuan pemerintah yang terbatas; (2) belum terbiasa melakukan pengajuan bantuan usaha; dan (3) belum memiliki ketrampilan selain bertani dan berternak. Dalam pengajuan kredit untuk peningkatan usaha, anggota kelompok sangat terganutng pada ketua kelompok tani, anggota kelompok belum berani mengeluarkan pemikiran atau ide yang cemerlang.
TABEL DATA MATA PENCAHARIAN WARGA DUSUN WIROGOMO LOR
No.
|
Nama
|
Alamat
|
Pendidikan
|
Mata Pencaharian
|
Tanggungan Keluarga
|
1.
|
Slamet Ripai
|
RT 04/24
|
SMA
|
Membuat batako
|
4
|
2.
|
Maskur
|
RT 04/04
|
SD
|
Petani
|
4
|
3.
|
- Rukeni
- Badi
|
RT 04/16
|
SMP
SD
|
Petani pohon aren
Ojeg
|
5
5
|
4.
|
Slamet
|
RT 01/19
|
SD
|
Buruh
|
6
|
5.
|
Kusriyadi
|
RT 04/9
|
Belum sekolah
|
Buruh Pabrik
|
3
|
6.
|
Asroni
|
RT 01/11
|
SMK
|
Petani Pohon Aren
|
4
|
7.
|
Sipyanmadi
|
RT 01/14
|
SD
|
Kuli Bangunan
|
3
|
8.
|
Slamet Parman
|
RT 03/12
|
SMP,
Lulus SMA
|
Penjual Sapi
|
4
|
9.
|
Asrodin
|
RT 03/3
|
SD
|
Petani Pohon Aren
|
3
|
10.
|
Sulurun
|
RT 01/03
|
SUDAH BEKERJA
|
Petani
|
5
|
11.
|
Sarwadi
|
RT 01/23
|
SD
|
Petani
|
5
|
12.
|
Muslimin
|
RT 02/06
|
SD
SMK
|
Kuli Bangunan
|
4
|
Dari 12 sampel di atas diketahui bahwa 5 KK di Dusun Wirogomo Lor. Hal itu berarti sebagian besar KK di Dusun Wirogomo Lor bekerja sebagai Petani Pohon Aren.
Dari hasil penelitian sebagian besar warga Dusun Wirogomo Lor bermata pencaharian Petani dengan letak geografis yang berada di Pelosok Kota Semarang membuat masyarakat Dusun Wirogomo Lor memiliki semangat juang untuk bekerja yang tinggi. Masyarakat Dusun Wirgomo Lor rata-rata kondisi perekonomian masyarakatnya tergolong menengah ke atas, namun masih terdapat juga masyarakat yang tergolong menegah ke bawah kondisi perekonomiannya. Kondisi sosial di Dusun Wirgomo Lor termasuk baik, karena menurut observasi penelitian yang dilakukan bahwa hubungan antara masyarakat cukup baik.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perekonomian Warga Dusun Wirogomo Lor
Kondisi perekonomian masyarakat Dusun Wirogomo Lor sangat bervariasi namun rata-rata tergolong masyarakat menengah ke bawah. Mata pencaharian masyarakat Dusun Wirogomo Lor bervariasi, ada yang menjadi petani pohon nira aren, sopir, tukang bangunan bahkan buruh pabrik. Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari warga masyarakat Wirogomo Lor. Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pola hidup di Dusun Wirgomo Lor. Faktor yang mempengaruhi konsumsi,yaitu :
A. Pendapatan
Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumsi, konsumsi cenderung semakin besar pula. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya juga rendah. Contohnya ada seorang ibu warga Dusun Wirogomo Lor yang memiliki suami hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Tetapi kebutuhan rumah tangganya sendiri lebih besar daripada penghasilan suaminya.
B. Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain mengkonsumsi barang/jasa tertentu demi memperlihatkan status sosial/gengsi. Misalnya seorang siswa membeli handphone keluaran terbaru agar dianggap keren oleh teman-temannya. Contohnya anak sekolah di Dusun Wirogomo bersekolah kira-kira menempuh jarak 1km, anak ini dengan manjanya meminta bapaknya untuk membelikan motor. Padahal jarak yang ditempuh lumayan dekat jika berjalan.
C. Sikap dan kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, sementara orang yang boros seringkali membeli barang-barang diluar perhitungannya. Orang yang menyukai barang kuno akan berani membeli barang itu dengan harga tinggi, sementara orang yang tidak menyukai barang kuno tidak akan membeli barang itu meskipun diberi gratis. Contohnya Ibu Leny adalah seorang warga Dusun Wirogomo Lor, ia hanya memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun suka dikucilkan karena dianggap hidup miskin, ia selalu berusaha menabung untuk kebutuhan anaknya di masa yang akan datang.
D. Selera
Masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih berbagai jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Misalnya, meskipun sama-sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera yang berbeda dalam pemilihan benda konsumsi. Contohnya ada salah satu warga Dusun Wirogomo Lor. Contoh ada seorang ibu yang memiliki penghasilan yang dibilang baik. Ia terkenal angkuh. Ia terlalu bergaya kekotaan sehingga tidak cocok bersosialisasi di desa.
1. Faktor Eksternal
1) Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di daerah tersebut.Di Jepang dan Cina, orang makan dengan menggunakan dengan menggunakan sumpit. Sementara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani pisau. Bagaimana dengan warga Dusun Wirogomo Lor? Mereka terkadang menggunakan sendok dan garpu, atau pun tidak menggunakan alat makan. Melainkan menggunakan tangan kosong.
2) Status Sosial
Status/posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha kecil. Bagi tukang kayu, makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang konglomerat, harus ada pilihan lauk hingga lima macam dan tempatnya harusnya mewah.
3) Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam pembahasan tentang hukum permintaan dan penawaran. Harga barang di Jawa Tengah, termasuk Dusun Wirogomo Lor termasuk murah. Kebetulan waktu saya menjadi penyortir baju. Saya dan kawan-kawan melakukan pembagian harga. Harga pakaian seperti baju harganya dipatok mulai dari harga 15-2 ribu rupiah. Bayangkan mana ada baju yang harganya sampai 2 ribu. Sangat murah bukan!
C. PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP POLA HIDUP
Bersamaan dengan peningkatan tersebut kemajuan ekonomi, teknologi di bidang industri, komunikasi dan transportasi, terutama di kota-kota besar, dikhawatirkan dapat merubah gaya hidup seseorang termasuk pola hidup sedentary (aktivitas sedang) dan pola makannya yang cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya. Didukung adanya fasilitas dan sarana yang memadai sehingga sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah dapat menyebabkan terjadinya pemasukan energi yang melebihi pengeluarannya.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh keadaan sosio-ekonomi terhadap pola konsumsi makan dan hubungannya dengan status gizi (khususnya obesitas) pada lansia. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
- Mengetahui keadaan sosio-ekonomi responden dan pengaruhnya terhadap tingkat kecukupan zat gizi (energi, lemak, protein).
- Mengetahui hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein dan lemak dengan obesitas.
- Mengetahui hubungan antara kebiasaan makan dengan obesitas. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas.
- Mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan obesitas.
D. CARA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KELUARGA
Cara meningkatkan perekonomian keluarga di Dusun Wirogomo Lor,yaitu :
ü Memanfaatkan lahan pertanian secara maksimal.
ü Meningkatkan kualitas bibit tanaman yang unggul.
ü Meningkatkan sumber daya manusia di Desa.
ü Menciptakan sumber Daya Manusia pedesaan yang Kreatif.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia mencukupi kebutuhan hidupnya. Dusun Wirogomo Lor adalah daerah yang sebenarnya masih berlahan luas. Tidak menutup kemungkinan penduduknya hamper 75% bermata pencaharian sebagai petani, tetapi karena sudah banyak terkontaminasi dengan bidang pekerjaan lain, yaitu supir, buruh pabrik, kuli bangunan, pegawai sekolah dan wirausaha. Maka, lahan yang sangat luas itu sudah mulai tidak banyak yang mengolahnya atau tidak banyak yang menjadi seorang petani.
Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Bagi para warga Dusun Wirogomo Lor yang sudah mengalami tingkat ekonomi yang sudah sedikit mapan kebanyakan berpola hidup konsumtif atau pun boros. Sehingga taraf hidup warga tersebut tidak mengalami banyak peningkatan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu dalam tulisan ini di uraikan tentang pola hidup yang konsumtif dan pola hidup yang sederhana. Diharapkan dengan tulisan ini kami sebagai penulis bisa memberi masukan bagaimana bisa membuat hidup Hemat, Meningkatkan taraf hidup , menciptakan sumber daya penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Apridar. 2010. TEORI EKONOMI: Sejarah dan Perkembangannya. ed.I. Yoyakarta: Graha Ilmu
Sudjatmiko,Budiman dan Yando Zakaria. 2015. Desa Kuat,Indonesia Hebat!. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia
Departemen Pendidikan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.III. Jakarta: Balai Pustaka dan Kebudayaan
Comments
Post a Comment